18.12.11


Orang orang yang tak pandai  berterimakasih bisa digolonkan ‘orang bermasalah’. Maksudnya mereka tidak bertingkahlaku sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungannya. Ada sejumlah aturan, baik tertulis maupun tidak, yang  mengatur interaksi sesama manusia yang mereka langgar, termasuk menunjukkan penghargaan dan terimakasih ketika memperoleh suatu kebaikan

“BILANG APA? Ayo, bilang terima kasih!” begitulah yang sering dilakukan oleh kebanyakan orang tua di Indonesia dalam mengajarkan cara berterimakasih kepada anak anaknya, ketika mendapatkan pemberian dan bantuan dari orang lain. 

Ini bagian dari adab seorang Muslim yang kita pelajari sejak kecil, bukan? Juga bahwa kalau seseorang bersikap baik kepada kita menyakiti hati atau mengkhianati hati mereka.
Masalahnya, tidak semua orang memegang kuat – kuat prinsip yang sama dengan yang kita pegang. Ada saja orang yang tumbuh dewasa dengan keyakinan bahwa mereka boleh memint, menuntut atau mengambil apa pun dari orang lain tanpa harus membalas kebaikan orang itu. Bagaimana kalau orang seperti ini adalah justru orang yang terdekat dengan kita, misalnya suami atau saudara sendiri?

Bedakan antara yang Hak dengan Kewajiban. Kalau suami si Arini merampas atau mengabaikan hak –hak keluarganya sekarang ini, misalnya dengan cara tidak menafkahi mereka karena sibuk dengan “pacarnya”, maka jelas hal ini tidak bisa ditolerir. Itu artinya sekarang masalahnya bukan pada apakah dia berterimakasiih atau tidak atas semua kebaikan yang pernah diberikan Arini, tetapi bahwa dia mengabaikan tanggung jawabnya sebagai suami dan ayah yang harus memelihara hak anak anak dan istrinya. Arini harus bertindak dengan mengingatkanm menegur atau bahkan meminta bantuan keluarga dan pakar dalam mengatasi pelanggaran hak – haknya.


Jangan balas dendam. Kadang – kadang bisikan setan menyelinap ke hati Arini sampai dia ingin mengatakan bahwa dia ingin mengtakan kepada Krisna, “Memangnya kamu saja yang bisa selingkuh?! Aku juga bisa!”. Kalau sampai Arini jatuh ke dalam jebakan setan ini dan melakukan hal yang sama karena ingin membalas dendam, maka jelaslah dia yang rugi. Jangan lakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh orang yang menyakiti kita. Kita hanya akan merendahkan dsan merugikan diri kira sendiri.

Beri kesempatan menjelaskan. Kalau Arini dan Puji memberi kesempatan kepada Krisna, Nisa dan Yesi menjelaskan apa sudut pandang mereka sebelum menjatuhkan vonis bahwa mereka “orang – orang yang tak tau diri” maka mungkin kedua wanita itu akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang akar masalahnya. Ada manusia yang merasa rendah diri dan lemah di hadapan orang yang sering membantunyasehingga dia butuh di yakinkah oleh orang lain bahwa dia adalah orang yang cukup berharga dan perkasa. Krisna seperti itu. Karena merasa selalu berhutang budi dan lemah di depan Arini, dia selalu mencari penghargaan dari seorang wanita yang memandangnya sebagai pria yang perkasa dan tempat bergantung. Dari sudut pandang Islam, perzinahan tetap saja dosa besar, dan Krisna harus segera bertaubat, tapi setidaknya Arini jadi paham bahwa Krisna bukan sekedar orang yang tidak pandai berterimakasih.

Cari bantuan dari orang lain. Kehadiran orang lain, seperti guru atau penasehat, bisa membantu ,menjernihkan masalah dan memberi kita perspekti baru dalam menilai masalah hubungan kita dengan orang yang “tidak tahu diri” itu.

Jangan mau jadi korban terus! Satu hal penting yang perlu disadari Puji dan Arini adalah bahwa mereka merasa bukan saja harapan – harapan mereka dikecewakan, tetapi juga bahwa mereka adalah “korban” sikap tidak tahu diri orang orang di sekitar mereka. Padahal, mereka mungkin tidak selalu sengaja menyakiti hati kita. Jadi akan lebih baik lagi kalau kita kita meyakinkan diri sendiri bahwa  kita bisa berbuat untuk menghentikan kondisi sewenang wenang yang kita hadapi dan bahwa kita tidak perlu merasa menjadi “korban” yang tidak berdaya dan menderita.

Lebih dari segalanya, selalu meminta pertolongan dari Allah. Manusia yang kita hadapi adalah juga ciptaan Allah, sama seperti kita. Mudah sekali bagi Allah untuk membolak balikan hati seseorang sehingga ia tunduk patuh kepada ketentuan Allah. Jadi banyaklah mendo’akan agar orang yang menyakiti kita itu kembali dibukakan hatinya oleh Allah dan memperbaiki akhlaknya.


Sumber : Majalah ALIA – Mei 2008. Hlm. 17 (oleh Aliffa Ilmarani)
*dengan banyak perubahan*

0 Pandangan:

Posting Komentar